Wednesday, March 24, 2010

Sekilas Mengenai TB Anak

KOMPAS.com - Masalah tuberkulosis (TB) pada anak merupakan kasus yang sangat sulit untuk didiagnosis. Gejala yang muncul pada TB anak sangat tidak spesifik. Gejala-gejala seperti demam hingga turunnya berat badan tak selalu dapat dijadikan dasar dalam menegakkan diagnosa karena banyak penyakit yang memiliki gejala mirip seperti ini.

Selain itu, pemeriksaan TB yang memerlukan sampel dahak dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak. Akibatnya, kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini seringkali menimbulkan terjadinya over dignosis dan over treatment dalam penanganan TB anak.

Memperingati hari TB sedunia pada tanggal 24 Maret ini,  Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI-RSCM) menggelar simposium mengenai TB pada anak.  Pada kesempatan tesebut, dr.Nastiti Kaswandini,Sp.A menjelaskan sekelumit mengenai TB anak.

Nastiti menjelaskan, TB anak pada umumnya merupakan TB primer dari komplikasi kebanyakan yang terjadi di populasi masyarakat. TB anak sangat dipengaruhi oleh adanya kontak terhadap penderita TB. Jika imunitas seluler berhasil mengatasi kuman, maka tidak akan terjadi infeksi TB.

Gejala dan tanda klinis umum pada TB anak ini bervariasi seperti berat badan yang turun atau bobot anak sulit mengalami kenaikan tanpa sebab yang jelas. Gejala berkeringat pada malam hari  yang merupakan gejala penting sebagai penanda TB pada orang dewasa,  tidak demikian halnya pada TB anak. 

Pada usia anak, berkeringat pada malam hari bisa diakibatkan oleh dikeluarkannya dan berfungsinya hormon pertumbuhan (growth hormone).  Sehingga, jika keringat malam hari merupakan satu-satunya gejala yang muncul, maka bukan berarti anak itu terkena TB.

Untuk kasus TB anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan sistem skoring untuk mengatasi banyaknya overdiagnosis dari penyakit TB. Sistem penilaian  TB pada anak  juga dapat dilakukan di daerah-daerah terbatas peralatan diagnostiknya.

Jika skoring TB ini lebih dari 6, maka bisa dinyatakan TB. Penerapan ISTC (International Standard For Tuberculosis Care) untuk diagnosis TB pada anak juga dilakukan.

Yang juga perlu diperhatikan adalah kemoprofilaksis TB sehingga anak tidak datang pada kondisi yang berat. Pada orangtua yang menderita TB dan menjalani pengobatan, maka pada anak sebaiknya dilakukan pengobatan pencegahan agar sang anak tidak ikut terinfeksi.

Hal ini penting karena infeksi TB pada pasien dewasa dengan pemeriksaan BTA positif  dapat menularkan TB pada anak sebesar 65 persen. Jika menemukan pasien anak, dokter diharapkan untuk mewaspadai dan mencari siapa sumber TB nya.

Profilaksis harus benar-benar yakin sebelum memberikan obat, karena jika kita hanya memberikan satu obat saja pada TB aktif, maka akan terjadi fenomena "fall and rise" dikarenakan terjadi resistensi dan mutasi kuman.

Pada negara yang mempunyai kecenderungan pola resistensi kuman dengan multi obat dilakukan profilaksis dengan dua obat. Kecuali bila pasien anak yang orangtuanya ternyata resistensi terhadap obat-obat TB maka biasanya dilakukan profilaksis dengan dua obat.

No comments:

Post a Comment